Monday, December 17, 2012

Pendidikan Budi Pekerti Melalui Musik




Latar Belakang

Isu tentang pentingnya pendidikan budi pekerti di Indonesia muncul sejak tahun 1990-an hingga saat ini. Masyarakat Indonesia merasakan perlunya pendidikan budi pekerti mendapatkan porsi yang lebih besar dalam system persekolahan.Hal ini terjadi diantaranya disebabkan oleh fenomena krisis moral yang semakin mencuat ke permukaan, merambah ke segenap lapisan masyarakat dari tingkat pejabat hingga pelajar.
Fenomena-fenomena kenakalan pelajar yang tidak dikenal pada tahun-tahun sebelumnya justru semakin berlanjut dan merajalela di akhir abad ke-20.Data kepolisian menunjukkan terus meningkatnya angka perkelahian antarpelajar di Jakarta.Pada tahun 1991 terdapat 260 kasus tawuran pelajar yang menewaskan 6 orang.Pada tahun 1992 terjadi peristiwa tawuran sebanyak 167 kasus yang menewaskan 13 orang.Sedangkan pada tahun 1993 terdapat 80 kasus yang menewaskan 10 orang pelajar.Selain data tentang semakin meningkatnya angka tawuran, data-data tentang penyalahgunaan obat terlarangpun semakin marak di tingkat pelajar.

a.       Pengertian Budi Pekerti
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memuat dua suku kata yaitu budi dan pekerti.Budi adalah perangkat bathin yang merupakan perpaduan antara akal dan perasaan, untuk menimbang baik dan buruk. Sedangkan pekerti sama artinya dengan tingkah laku, perangai, akhlak, atau watak. Lebih lanjut Ibrahim (1960) menjelaskan bahwa: “Budi bukan pikiran, budi bukan pengetahuan, budi bukan semata-mata gerak-gerik lahir, tetapi budi adalah satu bentuk atau bangunan dalam jiwa yang menggerakkan perbuatan dan tingkah laku yang terpuji dan mulia serta menangkis segala yang tercela dan hina.”
Istilah Budi dan Pekerti yang telah disatukan menjadi Budi Pekerti melingkupi sifat perseorangan, dan sifat masyarakat juga.Melingkupi segi psychologis, dan segi sosial, melingkupi pikiran dan perbuatan manusia.[1]
Sedangkan Sedyawati dkk (1997) mengemukakan pengertian budi pekerti yang paling hakiki sebagai perilaku. Adapun sikap dan perilaku budi pekerti ini mengandung lima jangkauan sebagai berikut:
1)      Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan
2)      Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri
3)      Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga
4)      Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa
5)      Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar
b.      Pengertian Musik
Musik merupakan bagian penting dalam aktivitas budaya suatu masyarakat.Musik digunakan untuk mengekspresikan perasaan ataupun pemikiran.Musik juga digunakan dalam acara resmi ataupun sekadar untuk relaksasi.
Aristoteles menyatakan bahwa musik adalah tiruan seluk beluk hati dengan menggunakan melodi dan irama.Musik juga memiliki kekuatan atau efek bagi moral dan jiwa.Karena itu, anak muda harus dididik dengan musik.[2]
Sedangkan dalam World Book Encyclopedia (1994) disebutkan bahwa musik adalah suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain music dikenal sebagai sesuatu yang terdiri atas nada dan ritme yang mengalun secara teratur.
Khan (2002) mengemukakan bahwa musik adalah harmoni nada-nada yang bisa didengar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa musik adalah suara atau bunyi-bunyian yang mengalun secara teratur menjadi nada-nada, irama dan melodi serta harmoni yang menarik dan menyenangkan bagi pendengarnya.
Selanjutnya pendidikan budi pekerti diartikan sebagai program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional) dan ranah skill (keterampilan).[3] 

Musik adalah Kesatuan bunyi yang beraturan dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seseorang yang merasakan ataupun mendengarnya.
Musik merupakan sesuatu yang menyenangkan, membuat perasaan tajam, dan jelas (Kuhmarker, 1969).Musik untuk anak dapat dibuat secara saling terkait dengan kegiatan menari atau kegiatan lainnya, dapat juga dilakukan secara mandiri atau merupakan kegiatan individu yang dilakukan secara spontan atau memang direncanakan.Yang terpenting adalah musik merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan (Comte, 1982).[4]
Musik pada awalnya bersifat Ketuhanan, imitasi alam, dan ekspresi kondisi social masyarakat.
a.       Musik Bersifat Ilahi
Manusia menerima ide musikal secara murni dan tiba-tiba, ibarat wangsit yang datang kapanpun, dalam kondisi apapun.Berdasar fakta sejarah, kita menemukan konsep Tuhan sebagai penentu dalam perkembangan musik.Pada peradaban kuno, musik merupakan bagian kehidupan orang suci, para nabi, raja-raja dan orang-orang yang dianggap keturunan dewa.Mereka adalah orang-orang yang mulia dan berpengaruh karena dapat berhubungan langsung dengan Tuhan.
Pada masa pramodern, para seniman mendapat kehormatan tinggi dalam istana.Para imam agama adalah pemegang urusan musik dan penentu tujuh nada suci.Pada perkembangan selanjutnya tujuh nada ini dinyanyikan oleh pria dan wanita di dalam kuil-kuil.
Jika kita hubungkan dengan dampaknya terhadap perilaku, dapat dipastikan bahwa kualitas musik pada awal keberadaannya jauh lebih terjaga dan bermoral.Ini terjadi karena para penanggungjawab dan pencipta nada merupakan orang-orang suci. Nabi Daud misalnya, disamping posisinya sebagai seorang raja, ia juga sangat pandai dalam bernyanyi dan memainkan alat musik. Selain itu, musik atau lagu-lagu yang diciptakan oleh orang-orang suci biasanya lebih mengakar pada akar budaya daerahnya masing-masing. Jika kita teliti lebih jauh, kita akan menemukan bahwa dalam setiap kebudayaan akan ditemukan karya-karya mereka.
Dengan memahami awal keberadaan musik yang bersumber dari Tuhan, kita akan mengerti bahwa pada awalnya musik diciptakan  untuk mengajak manusia mengingat dan mengagungkanb Tuhan, serta berbuat kebaikan. Musik-musik kuno masih kental dengan irama yang mengagungkan Tuhan, memuji segala keindahan alam dan segala ciptaan yang merupakan manifestasi keberadaan-Nya, menyeru manusia untuk selalu berbuat kebaikan dan kebenaran.
b.      Citra Musik di Semesta
Pangkal keberadaan musik adalah proses imitasi alam semesta. Bahkan orang-orang di zaman Yunani Kuno meyakini bahwa alam semesta memiliki khazanah musik yang tiada taranya.Kehadiran musik di alam semesta, ibarat kehadiran nafas bagi manusia.Alam semesta beserta hukum-hukumnya menyiratkan keharmonisan yang padu.
Manusia seharusnya belajar pada alam yang sangat peka terhadap hukum harmoni dan disharmoni. Ketika alam sudah tidak harmoni lagi, maka ia akan menciptakan keharmonian baru, yang bisa tampak sebagai sebuah bencana alam, semisal banjir, longsor, ataupun gempa bumi. Alam senantiasa hidup dalam hukum harmoni, sebagaimana layaknya musik.Manusia juga dapat menjadikan alam sebagai ukuran keharmonian perilakunya.
c.       Citra Musik dalam Diri
Keberadaan musik jauh lebih tua dari usia lahirnya bahasa. Musik adalah bahasa pertama manusia.Dengan demikian, musik dan manusia tak dapat dipisahkan.Musik telah menjadi alat komunikasi bagi manusia, jauh sebelum lahirnya bahasa.
Manusia menciptakan musik karena didorong oleh keinginan dirinya sendirin untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, ide, gagasan, khayalan, imajinasi, kepercayaan, kepribadian ataupun sekadar kepuasan jiwa.Namu, perlu diingat bahwa faktor ekspresi diri ini tidak bisa lepas dari pengaruh latar belakang orang tersebut, seperti ras, suku, agama, budaya serta suasana ataupun pengalamannya.Selain faktor internal yaitu ekspresi diri, musik juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang diinternalisasikan seperti pengalaman masa kecil, kebiasaan keluarga, kondisi alam, sosial budaya, ekonomi dan politik.
Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk melakukan proses internalisasi musik yang berkualitas kepada seorang anak, bahkan saat masih dalam kandungan. Anak yang sering diperdengarkan lagu yang berkualitas, tidak akan mengalami kesulitan untuk menghayati dan melakukan apresiasi terhadap musik yang berkualitas lebih tinggi di usia dewasanya. Berbeda dengan anak yang sudah terlanjur terbiasa mendengarkan musik keras, ataupun jenis musik yang dapat memperlemah jiwanya, ia akan mengalami kesulitan mencerna musik yang lebih kompleks dan berkualitas lebih tinggi. Sehingga sulit bagi si anak melakukan proses internalisasi dan menghayati rasa serta menyerap karakter yang lebih tinggi kualitasnya.
d.      Citra Musik dalam Masyarakat
Musik dapat tercipta karena didorong oleh kondisi sosial, politik dan ekonomi masyarakat.Musik adalah cermin sebuah masyarakat.Musik juga diilhami oleh perilaku umum masyarakat, dan sebaliknya perilaku umum masyarakat dapat tyerilhami oleh musik tertentu.
Perilaku umum masyarakat dapat berupa permasalahan sosial, peristiwa monumental, kebutuhan dan tuntutan bersama, peristiwa bersejarah, adat istiadat, kritikan ataupun harapan yang diidamkan. Dengan kata lain, jika kita ingin melihat kualitas sebuah masyarakat, maka lihatlah kualitas musik yang beredar di tengah masyarakat tersebut.

Aspek-aspek Kandungan Musik

Menurut Mahmud (1995) unsur pokok musik adalah irama, melodi dan harmoni.Musik itu sendiri adalah paduan seimbang dari unsur pokok tersebut.Lebih lanjut Mahmud menyatakan irama adalah denyut jantung suatu musik yang memberi rasa hidup, melodi adalah jiwa musik yang menyimpan daya kekuatan serta dapat menggerakkan pikiran dan perasaan, sedangkan harmoni adalah bingkai komposisi yang menopang melodi serta memberi sifat dan warna tertentu pada musik.
a.       Irama
Menurut Plato irama adalah suatu ketertiban terhadap gerakan melodi dan harmoni atau suatu ketertiban terhadap tinggi rendahnya nada-nada.Sedangkan menurut Aristoxanos irama adalah pola susunan waktu.Dalam buku Ensiklopedi Musik irama dinyatakan sebagai ritme yang mencakup wiwaksa etnis atau wilayah suku dan bangsa, yang didalamnya terkandung melodi dan harmoni.Irama selalu ada, diperdengarkan dan diungkapkan dalam kehidupan keseharian.
Menurut Mahmud dalam berbahasa atau berbicara, orang selalu memakai irama, aksen dan dinamik.Tanpa irama, aksen dan dinamik, sukar bagi kita untuk menangkap dengan benar isi atau makna yang diucapkan.Musik dan bahasa sama-sama bergerak dalam arus irama.Steiner menyatakan irama berguna untuk memudahkan pekerjaan jasmani, menyokong gerak pikiran, mencerdaskan budi pekerti dan menghidupkan (dinamis) kekuatan di dalam jiwa manusia.
b.      Melodi
MELODY - urutan utama catatan dalam sebuah lagu. Biasanya melodi adalah orang-orang bagian bernyanyi bersama. Dalam lagu dengan vokal, kata-kata akan ditugaskan untuk catatan dan vokalis (s) adalah / melakukan melodi. Selama lagu instrumental, dan selama non-vokal bagian dari lagu vokal, melodi akan dimainkan oleh satu atau lebih instrumen musik. Kadang-kadang dalam lagu melodi yang menonjol dan sangat "singable" (contoh: negara atau batu lagu), sedangkan di lagu-lagu lainnya melodi tidak sebanyak urutan catatan dari sebuah seri meneriakkan kata-kata ekspresif (contoh: hiphop atau rap lagu).
Dalam Ensiklopedi Musik, melodi ialah naik turunnya nilai nada. Suatu musik disebut utuh, jika melodi berpadu dengan irama, tempo dan bentuk-bentuk lain dari musik. Didalam melodi terkandung:
1)      Jangkauan atau pola yang pasti akan tinggi rendah nada
2)      Selingan tinggi nada yang disimak melalui sedikit atau banyaknya interval
3)      Pengaturan nada



c.       Harmoni
HARMONY - seri sekunder dari urutan tertentu catatan atau akord yang terjadi bersamaan dengan melodi. Sebuah harmoni lagu selalu memiliki serangkaian catatan yang berbeda dari melodi, meskipun kadang-kadang ketika harmoni dimainkan bersamaan dengan harmoni catatan di kedua mungkin sebentar sama. Ketika penyanyi dua atau intstruments sedang bermain catatan yang sama bukan catatan harmonisasi, mereka tidak lagi harmonisasi melainkan dikatakan bermain "bersama-sama" atau bersama-sama. Harmony dapat diberikan dalam lagu baik oleh suara atau instrumen, tapi bagaimanapun, harmoni ditambahkan ke sebuah lagu untuk pujian atau meningkatkan melodi.
Dalam buku Ensiklopedi musik yang dimaksud harmoni adalah cita rasa umum dan asasi dari bebunyian musik.Di era ini, harmoni terkait dengan konsep akord sebagai struktur musik. Musik dikatakan harmoni jika ia berhasil memadukan dua jenis bunyi-bunyian atau lebih menjadi bunyi yang indah dan enak didengar. Bahkan Aristoxanos menyatakan bahwa adanya kesamaan antara harmoni jiwa dengan harmoni musik.


Pengaruh Musik terhadap Pendidikan Budi Pekerti

Martin Sardi mengungkapkan bahwa musik termasuk bidang pendidikan humaniora.Seni musik dan lukis membuat orang memiliki cita rasa harmoni yang tinggi. Bidang seni umumnya menuntut keterlibatan menyeluruh, sangat mengindahkan detil-detil dan karena itu membuat orang menjadi lebih peka dan menyukai keteraturan dan kehalusan. Martin juga menjelaskan bahwa musik klasik sangat mengandung perpaduan rasio dan harmoni yang luhur, sangat membudayakan dan membimbing manusia untuk memiliki kedalaman sikap, tidak puas dengan apa yang tampak dengkal dan banal.
Ada beberapa manfaat dan pengaruh musik dalam membina mentalitas budi pekerti luhur manusia, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Musik sebagai Landasan Moral dan Etika
Dengan sifat musik yang selalu harmonis, akan menjadi pelatih yang baik bagi manusia untuk menyelaraskan perilakunya. Keselarasan atau keharmonisan dalam berperilaku merupakan landasan bagi terciptanya moralitas dan etika yang benar dalam masyarakat.



2.      Musik dan Kehalusan Budi
Musik menanamkan dalam jiwa manusia perasaan halus dan kehalusan budi yang halus.
3.      Musik dan Sifat Keadilan
Musik akan membantu jiwa mengenal harmoni dan irama. Kedua-duanya adalah landasan yang baik untuk menghidupkan  rasa keadilan.
4.      Musik dan Pembentukan Watak Manusia
Musik mendorong gerak piker dan rasa, membangkitkan kekuatan dalam jiwa dan membentuk watak.
Bandura menyatakan bahwa perilaku manusia diatur oleh interaksi yang kompleks antara kejadian-kejadian internal (termasuk keyakinan, pengharapan serta persepsi sendiri) serta kekuatan lingkungan.Selanjutnya Bandura meyakini bahwa pemfungsian psikologi dan pengembangan intelegensi sangat dipahami dalam bentuk interplay resiprokal berkesinambungan diantara pengaruh-pengaruh lingkungan, kognitif dan perilaku.Itu berarti perilaku dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi secara aktif berperan dalam menciptakan milieu sosial serta situasi-situasi lainnya yang muncul dalam transaksi harian mereka.[5]
5.      Musik dan Perasaan Cinta, Kasih Sayang dan Semangat Keagamaan
Campbell menyatakan bahwa musik dapat mengangkat suasana jiwa seseorang. Karena melalui musik, kandungan kasih sayang serta doa di dalam diri seseorang dapat dibangkitkan. Musik merupakan media bagi seseorang untuk dapat merasakan kasih saying, keagungan Ilahi dan semesta alam, serta melakukan transformasi diri menjadi lebih spiritual.
6.      Musik dan Produktivitas
Berdasarkan penelitian Rachmawati (1998) didapatkan hasil bahwa musik dapat berpengaruh dalam mereduksi stres anak tingkat sekolah dasar, menciptakan ketenangan serta meningkatkan produktivitas.
7.      Musik dan Rasa Kemanusiaan
Musik dapat memberikan dampak nyata pada manusia, seperti menimbulkan rasa kesatuan dan persatuan, rasa kebangsaan, rasa kagum, rasa gembira dan sebagainya.Musik dapat memberikan kepuasan jasmani dan rohani.
8.      Musik dan Perkembangan Intelektual
Intelegensi musikal merupakan salah satu intelegensi yang berkembang yang banyak dipengaruhi oleh faktor bakat.Namun demikian, setiap anak bisa dikembangkan kemampuan musikalnya apabila dikondisikan sejak awal.Beberapa peneliti membuktikan bahwa rangsangan musik klasik yang diberikan pada janin sejak dalam kandungan mampu merangsang perkembangan intelegensi anak secara optimal.[6]

Peranan Musik dalam Pembentukan Budi Pekerti

Masyarakat Indonesia sangat membutuhkan berbagai rumusan konsep pendidikan yang dapat mengintegrasikan kembali aspek kecerdasan pikiran dan kecerdasan rasa dan sangat memerlukan beragam pemikiran dalam segi implementasinya.Musik sebagai salah satu bentuk karya keindahan, diasumsikan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Dengan musik seorang individu akan dilatih untuk peka terhadap harmoni, keselarasan, kehalusan budi dan cita rasa tinggi. Jika kita merujuk kepada sejarah Yunani kuno, musik telah dianggap mampu memberikan landasan bagi persemaian perilaku-perilaku berbudi yang utama, diantaranya keadilan.[7]
Berdasarkan analisis teori dan analisis data, diperoleh beberapa rumusan yang memposisikan peranan musik dalam pembentukan budi pekerti, yaitu sebagai berikut:



1.      Musik sebagai Pembentuk Watak Dasar
Budi pekerti luhur tidak akan tumbuh dalam jiwa yang kasar. Budi pekerti luhur hanya akan tumbuh dalam jiwa yang lembut dan halus. Jiwa yang keras dan kasar dapat menumbuhkan perilaku agresif, destruktif, dan merusak diri sendiri.
Musik memiliki dua kutub kekuatan, pertama akan membuat jiwa menjadi halus, dan kedua membuat jiwa menjadi keras dan kasar. Hal ini sangat tergantung pada jenis musik apa yang biasa didengarkan atau dimainkan. Musik yang halus dapat membuat jiwa menjadi tenang, penuh cinta kasih, keseimbangan dan kestabilan mental. Sementara itu musik yang keras dan ingar binger dapat merusak jiwa, meningkatkan  budi pekerti, agresivitas, dan memicu kekerasan.
Jika dihubungkan dengan proses pembentukan budi pekerti, peranan musik (berkualitas baik) adalah membantu proses penghalusan rasa, dimana ia berperan sebagai pembentuk watak dasar (basic character building). Namun, walaupun musik memiliki peran yang penting dalam pembentukan budi pekerti, hal ini tidak berarti bahwa hanya dengan musik saja maka persoalan kemerosotan budi pekerti akan terselesaikan. Musik adalah langkah awal dalam pembenahan kemerosotan moral.Setelah itu baru strategi pendidikan budi pekerti dapat diterapkan, seperti keteladanan, pembiasaan dan pengajaran.
Dengan jiwa yang halus, seorang individu memiliki peluang untuk dapat membina hubungan dengan Tuhan (beragama) dengan lebih baik, memiliki cinta kasih yang besar, dapat mengembangkan sikap yang selaras dalam berhubungan sosial, berdasarkan kepekaan dirinya terhadap aspek keindahan, serta memiliki mental yang sehat. Musik memiliki muatan yang cukup kental dalam membangun fondasi budi pekerti.Kemampuan dasar ini merupakan watak dasar yang dibutuhkan guna terbangunnya budi pekerti luhur.
2.      Musik sebagai Pembentuk Perasaan Moral
Jika melakukan analisis terhadap teori yang dikemukakan oleh Lickona (Suparno, 2002) yang menekankan pentingnya tiga unsur dalam menanamkan nilai moral, yaitu unsur pengertian moral, perasaan moral dan tindakan moral.
Perasaan moral, sebagaimana yang dikemukakan Lickona (Suparno, 2002), meliputi suara hati, harga diri, sikap empati terhadap orang lain, perasaan mencintai kebaikan, kontrol diri dan kerendahan hati.Perasaan moral ini sangat mempengaruhi seseorang dalam menentukan mudah dan tidaknya seseorang dalam bertindak baik atau jahat.
Dengan unsur keindahan, harmoni, dan keteraturan yang tersirat dalam irama musik, seseorang dapat belajar dan melatih kepekaan hati nurani dan peka akan kebaikan. Kebaikan sangat erat kaitannya dengan keindahan.Di dalam kebaikan termuat unsur keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan, yang juga sebagai unsur-unsur pembentuk musik. Dibandingkan seni lain, musik adalah produk keindahan yang relatif lebih banyak dapat dinikmati dan disukai semua kalangan. Melalui stimulasi musik yang intensif sejak usia dini, diharapkan karakter musik yang baik dapat terinternalisasi dalam karakter individu. 

Pendidikan budi pekerti melalui musik bukan merupakan hal yang baru. Dalam the republik, Plato menekankan pentingnya pendidikan musik khusus untuk kaum muda, dengan alas an irama dan harmoni meresepsi jiwa secara sangat kuat, maka dengan dasar pendidikan musikal yang baik seorang pemuda akan lebih mudah mengerti dengan jelas kekurangan dan kekejian yang terdapat pada perilaku manusia.
Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini, pembelajaran budi pekerti di sekolah dapat dilakukan dengan menghaluskan jiwanya terlebih dahulu, melalui penggunaan musik sebagai mediatornya.Pendidikan budi pekerti soyogyanya tidak cukup dilakukan hanya dengan pendekatan akademis semata.Budi pekerti adalah sebuah aksi, bukan hanya sekadar penalaran.Merencanakan pembelajaran budi pekerti dapat diawali dengan pemilihan jenis musik yang baik, sesuai dengan watak asli dan karakter suatu masyarakat.Pemilihan musikpun tidak bisa dilakukan dengan melupakan akar budaya dimana seseorang tumbuh.Individu dan masyarakat harus menemukan harmoni dirinya sendiri.
Dalam melaksanakan proses pembinaan budi pekerti, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan yang mana masing-masing strategi tersebut memiliki keterkaitan dan saling menguatkan, dalam model ini musik berperan dalam mempersiapkan landasan bagi tahapan pembentukan budi pekerti, dengan urutan sebagai berikut:
1)      Mempersiapkan fondasi budi pekerti luhur
2)      Pembelajaran melalui teladan (modelling)
3)      Pembelajaran melalui pembiasaan
4)      Pembinaan pengetahuan
Pada tahap awal kehidupan seorang anak, para pendidik perlu mempersiapkan fondasi bagi pertumbuhan budi pekerti luhur. Sebelum seorang anak dapat menggunakan logikanya untuk menilai baik buruk, ia akan menggunakan perasaannya. Dan untuk melatih perasaan tersebut, ia mesti dibiasakan agar peka terhadap hal-hal yang bersifat harmoni dan proporsional. Kepekaan terhadap ukuran dan proporsi itulah yang akan membekali anak dalam menilai baik dan buruk.
Musik merupakan salah satu cara yang paling tepat untuk membantu anak melatih kepekaan perasaannya akan ukuran dan proporsi. Selain mudah dilakukan, juga hamper dipastikan setiap anak akan menyukai musik. Melalui musik, seorang anak bisa mengenal harmoni, proporsi, dan simetri.Anak juga dapat mengenal berbagai emosi yang dapat membangkitkan perasaan cinta kasih, keberanian, semangat serta pengabdian.Semua ini merupakan kekayaan yang diperlukan untuk membina dasar mentalitas budi pekerti seorang anak.
Pada tahap kedua, seorang anak akan membutuhkan keteladanan ari lingkungannya. Fondasi yang baik dan kepekaan yang tinggi akan nilai-nilai dasar kebatifikan belumlah cukup. Tahap awal adalah tahap persiapan pemebentukan wadah bagi pengembangan potensi mental anak.Pada tahap ini, seorang anak memerlukan figur dan contoh konkret agar dorongan kebaikan yang sudah dimilikinya bisa teraktualisasikan.Pemebelajaran melalui teladan merupakan pengajaran yang sangat efektif dalam membantu anak mengekspresikan perilakunya. Tanpa teladan dan contoh langsung dari lingkungan, akan sangat sulit bagi si anak untuk melatih dan membiasakan perilaku-perilaku berbudi pekerti luhur.
Tahap selanjutnya adalah belajar melalui pengetahuan. Pada tahap inilah seorang anak sudah dapat menggunakan logika dalam memahami apa yang baik dan buruk. Anak akan mengerti hokum sebab-akibat dari suatu tata nilai perilaku, ataupun memahami hokum kebaikan yang lebih tinggi melalui agama dan konsep spiritual. Pada tahap ini pendekatan secara akademis baru akan berguna. Mata pelajaran agama dan budi pekerti akan lebih mudah dicerna.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis tinjauan asal muasal musik serta kilas balik sejarahnya, ditemukan informasi bahwa musik tidak terpisahkan dari Tuhan, alam, individu, dan masyarakat. Empat komponen ini sangat menentukan kadar kualitas musik. Para pemusik dan filsuf masa lalu, menyatakan bahwa musik yang berkualitas, bernilai tinggi dan luhur adalah musik yang selaras dengan alam, jauh dari eksplotasi atas nafsu dan hasrat. Dengan memahami awal keberadaan musik yang bersumber dari Tuhan dan selaras dengan keharmonisan alam, kita akan mengerti bahwa sejak awal keberadaannya, musik diciptakan untuk mengajak manusia kepada kebaikan, memelihara alam, mengingat dan mengagungkan Tuhan. Dan musik seperti itu sangat dekat dengan perilaku budi pekerti yang baik, dan jauh dari perilaku-perilaku yang amoral.
Musik memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, individual maupun sosial.Secara individual, musik dapat mempengaruhi perilaku manusia, melalui perubahan atau pergerakan pada aspek mental dan fisik.Mekanisme pengaruh ini dalam tubuh manusia, diawali oleh musik yang berperan sebagai stimulus, dan telinga sebagi reseptor yang menerima stimulasi, kemudian melanjutkannya ke otak.Dari otak, stimulasi tersebut diolah kemudian dikirimkan kembali melalui syaraf efektor hingga terjadinya perilaku.



DAFTAR PUSTAKA


Rachmawati, Yeni. Musik sebagai Pembentuk Budi Pekerti. 2005. Yogyakarta: Panduan
Khisbiyah, Yayah, dkk. Pendidikan Apresiasi Seni: Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya. 2004. Kartasura Surakarta: PSB-PS UMS
Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. 2008. Jakarta: Bumi Aksara
Perbakawatja, R. Sugarda. Pendidikan Budi Pekerti. 1957. Bandung: Ganaco








[1] R. Sugarda Purbakawatja, dkk. Pendidikan Budi Pekerti (Bandung: Ganaco, 1957) hlm 9.
[2] Yeni Rachmawati. Musik sebagai Pembentuk Budi Pekerti (Yogyakarta: Panduan, 2005) hlm. 15.
[3] Nurul Zuriah, Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hlm 19-20.
[4] Yayah Khisbiyah, dkk. Pendidikan Apresiasi Seni: Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya (Kartasura Surakarta: Penerbit Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial  Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004) hlm 43.
[5]Ibid, hlm 40.
[6] Yayah Khisbiyah, dkk. Pendidikan Apresiasi Seni: Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya. hlm 38.
[7]http://www.docstoc.com/docs/8100075/Peranan-musik-dalam-pembentukan-budi-pekerti, diakses pada hari Senin, 17 Desember 2012 pukul 16:15 WIB.