PENDAHULUAN
Tujuan
dasar dari psikologi pelayanan adalah menerapkan psikologi sebagai ilmu dalam
pekerjaan nyata yang berkaitan dengan kegiatan manusia dalam melayani manusia
lainnya. Dengan mempelajari aspek-aspek yang terkandung dalam jiwa manusia,
baik mengenai sifat, kekuatan, aktivitas, maupun cara kerja, kita dapat
memahami orang-orang yang kita layani sehingga menumbuhkan keharmonisan.
Salah
satu tujuan utama pendirian jasa pelayanan adalah mempertahankan pemakai yang
sudah ada sambil mencari pemakai baru karena pemakai merupakan repeat business
bagi kita. Agar harga diri pemakai dapat terjaga, kita harus membina hubungan
yang baik dan harmonis dengan pemakai serta selalu siap membantu pemakai yang
merasa kesulitan dan mengingatkan saat-saat istimewa pemakai perpustakaan.[1]
Dalam
makalah ini pemakalah akan mencoba untuk membahas mengenai pengertian psikologi, kepribadian petugas pelayanan, macam-macam
pemakai perpustakaan sekolah, keluhan pengguna dan cara mengatasinya, serta
karakteristik pemustaka dan cara mengatasinya.
A. Pengertian Psikologi Pemakai
Secara
harfiah psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata”pshyce” dan “logos”. Pshyce artinya jiwa atau nyawa atau alat untuk berpikir,
dan logos artinya ilmu atau yang mempelajari tentang. Jadi secara harfiah,
psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan.[2]
Beberapa
ahli mengemukakan pendapatnya mengenai defenisi psikologi, yakni sebagai
berikut:[3]
1.
Mussen dan Rozenzwieg berpandapat bahwa
pada masa lampau psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mind (pikiran) yang diistilahkan sebagai
the study of mind. Beberapa waktu
kemudian, sesuai dengan perkembangannya, mind berubah menjadi behavior (tingkah laku) sehingga
psikologi didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
2.
Woodwort & Marques berpendapat bahwa
psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari aktivitas atau tingkah lahu
individu dalam berhubungan dengan lingkungannya.
3.
Clifford T. Morgan berpendapat bahwa
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
Dari
defenisi-defenisi tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa psikologi adalah
ilmu pengetahuan (science) yang meneliti dan mengkaji tingkah laku manusia
dalam hubungannya dengan lingkungannya dan dengan interaksi antar manusia.
Berkaitan
dengan itu, psikologi pelayanan atau pemakai dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam proses interaksi kerja
di pusat-pusat jasa layanan, yaitu antara pelanggan/pemakai dan
petugas/pegawai/karyawan.
B. Kepribadian Petugas Pelayanan
Heldebrand
mendefinisikan kepribadian sebagai gabungan kualitas, kebiasaan, dan reaksi
yang terbentuk atas dasar kesadaran kita. Kepribadian dikenal sebagai sesuatu
hal yang baik atau tidak baik dalam hal kelazimannya dan direspons secara
positif atau negatif oleh mereka yang melakukan kontak dengan kita.
Perkembangan
kemampuan dalam melayani seseorang di dalam dunia pelayanan jasa tidak tumbuh
begitu saja, tetapi melalui sebuah proses yang diupayakan. Dunia pelayanan
bukan dunia hamba sahaya, melainkan dunia tempat seseorang bekerja secara
professional dalam melayani manusia lainnya sesuai dengan bidang kerjanya.
Setiap manusia memiliki potensi dan keunikan tersendiri yang bersembunyi dalam
dirinya. Akan tetapi, bagaimana ia dapat mewujudkan segala potensi yang ada
dalam dirinya menjadi kenyataan, tergantung pada sikap dan kepribadiannya.
White
& Beckley menyatakan bahwa kepribadian atau personality dapat diungkapkan
melalui akronim P-E-R-S-O-N-A-L-I-T-Y,[4]
yang masing-masing huruf mempunyai makna tertentu, yaitu:
1. P
(Pleasantness), good manners and a smile
are natural assets
Seorang
petugas yang bekerja di industri jasa pelayanan diharapkan mampu menyenangkan
orang lain melalui kesopan-santunan yang baik dan selalu tersenyum kepada
pelanggan/pemakai.
2. E
(Eagerness), eagerness to help others,
with a liking for people and willingness to serve them
Adanya
keinginan yang kuat dari dalam diri untuk membantu dan menyukai orang lain.
Bergaul dan rela melayani orang yang berkepentingan dengan pekerjaan kita.
3. R
(Respect), respect for other people, courtesy costs nothing
Yaitu
menghormati dan menghargai orang lain tanpa membutuhkan/mengharapkan biaya
sepeserpun.
4.
S (Sense), sense of responsibility is s realization that what ones does and says
is important
Rasa
tanggung jawab yang besar adalah sebuah realisasi bahwa apa yang kita lakukan
untuk pemakai perpustakaan adalah penting.
5.
O (Orderly), orderly mind is essential for methodical and accurate work
Memiliki
jalan pikiran yang teratur dan terorganisasi untuk melakukan pekerjaan dengan
metode yang baik dan dengan tingkat ketetapan yang tinggi.
6. N
(Netness), netness indicates pride in
self and job
Kerapian
merupakan suatu bukti bahwa kita bangga dengan diri dan dengan pekerjaan kita.
7. A
(Accuracy), accuracy in everything done
is of paramount importance
Keakuratan/ketepatan/ketelitian
dalam setiap hal yang kita kerjakan adalah nilai yang sangat penting.
8. L
(Loyalty), loyalty to both management and
colleagues make good team work
Bersikap
setia pada manajemen dan rekan kerja merupakan kunci sukses keberhasilan dari
kerja sama tim.
9.
I (Intelligence), intelligence use of common sense at all
times
Menggunakan
akal sehat dalam memahami orang lain karena penggunaan akal sehat tersebut akan
mengasah perasaan dan intuisi kita terhadap apa yang tersirat dalam benak
pemakai perpustakaan pada saat kita berinteraksi dengan mereka.
10. T
(Tact), tact saying and doing the right
thing at the right time
Berbicara
secara bijaksana dan melakukan segala sesuatu secara benar pada saat yang
tepat.
11. Y
(Yearning), yearning to be a good service
clerk and love of the work is essential
Adanya
keinginan yang kuat dalam diri kita untuk menjadi petugas pelayanan yang baik
serta mencintai pekerjaan tersebut.
Jadi
seorang pustakawan harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan pihak
manajemen, sesama petugas, dan terlebih mampu membangun komunikasi yang baik
dengan pelanggan. Karena pelayanan yang prima akan mendatangkan rasa puas baik
bagi pustaka sendiri maupun bagi para pelanggan (user).
C. Macam-macam pemakai perpustakaan Sekolah[5]
Secara
umum, pemakai perpustakaan (user) adalah pelanggan (customer).
Menurut Sutopo dan Adi Suryanto, yang di maksud pelanggan adalah siapa yang
berkepentingan dengan produk layanan (perpustakaan sekolah). Karena itu,
pelanggan dapat berupa individu (perorangan) masyarakat dalam arti luas.
Oleh
karena itu, pelanggan perpustakaan dapat dikategorikan dalam dua jenis, pertama,
pelanggan internal (internal customer), yaitu pelanggan yang berasal
dari lingkungan organisasi (sekolah). Pelanggan internal masih dibagi menjadi
tiga, yaitu siswa, guru dan karyawan. Kedua, pelanggan eksternal (external
customer), yaitu pelanggan yang berasal dari masyarakat sekitar lingkungan
sekolah. Mereka adalah pelanggan khusus, karena mereka tidak bisa mendapatkan
akses semua layanan perpustakaan sekolah. Mereka mungkin hanya bisa membaca
koleksi buku-bulu perpustakaan, tetapi tidak boleh meminjamnya untuk dibawa
pulang.
Jadi
setidaknya ada dua jenis pemakai perpustakaan sekolah, yaitu: pelanggan internal
(internal customer) dan pelanggan eksternal (external customer).
D. Keluhan pengguna dan cara mengatasinya
Merujuk
pada konsep pelayanan prima, sumber-sumber keluhan di perpustakaan sekolah ada
dua macam, yaitu pengguna internal (warga dalam linggkungan sekolah) dan
pengguna eksternal (lingkungan masyarakat di sekitar sekolah).
Sementara
itu, jika dikategorikan, maka menurut EndarSugiarto sebagaimana dikutip Sutopo
dan Suryanto, keluhan pelanggan perpustakaan ada empat macam, di antaranya
adalah sebagai berikut :
1.
Mechanical complaint (keluhan
mekanika)
2.
Attitudinal complaint (keluhan
akibat sikap petugas pelayanan)
3.
Service related complaint (keluhan
yang berhubungan dengan pelayanan)
4.
Unusual complaint (keluhan
yang aneh)
Keluhan
mekanika (Mechanical complaint ) adalah suatu keluhan yang disampaikan oeh
pengguna sehubungan dengan peralatan yang disediakan kepada pengguna tersebut
tidak berfungsi. Sedangkan, keluhan akibat sikap petugas pelayan (Attitudinal
complaint) adalah keluhan pengguna yang timbul karena sikap negatif petugas
pelayanan perpustakaan saat pelayani pengguna. Hal imi dapat dirasakan oleh
pengguna melalui sikap tidak peduli dari petugas pelayanan terhadap pengguna.
Keluhan
yang berhubungan dengan pelayanan (Service related complaint) adalah suatu
keluhan pelanggan perpustakaan karna hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan.
Contohnya, seorang pendaftar untuk menjadi anggota perpustakaan, ternyata
formulir pendaftaran belum siap, dan diminta menunggu oleh petugas atau kembali
pada hari yang lain. Adapun keluhan yang aneh (Unusual complaint) adalah
keluhan pelanggan perpustakaan yang merupakan keanehan (tidak wajar/ tidak
umum) bagi petugas. Pelanggan yang mengeluh sepeti ini sebenarnya secara
psikologis adalah orang-orang yang hidupnya tidak bahagia dan kesepian. Ada
beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menghadapi keluhan pelanggan
perpustakaan, sebagaimana dikemukakan oleh Sutopo dan Adi Suryanto, di antarana
adalah sebagai berikut:
1.
Pelanggan perpustakaan biasanya marah
saat menyampaikan keluhan. Oleh karena itu, petugas perpustakaan tidak boleh
terpancing untuk ikut marah
2.
Petugas pelayanan tidak boleh memberikan
janji-janji yang sebenarnya sulit dipenuhi, serta tidak menjanjikan sesuatu
yang berada diluar wewenangnya.
3.
Apabila permasalahan tidak bisa di
selesaikan sedangkan petugas telah berbuat maksimal, petugas harus berani
menyatakan menyerah dengan jujur.
4.
Jika ada pelanggan yang selalu mengeluh,
maka untuk menghadapinya petugas harus sabar dalam melakukan pendekatan secara
khusus.
Demikianlah
beberapa hal yang penting yang perlu kita pahami dari pemakai perpustakaan.
Intinya, semakin bisa kita memahami karakteristik dan kebutuhan pelanggan, maka
semakin baik pula pelayanan yang bisa kita berikan kepada mereka. Sebab, hanya
denga memahami hakikat kebutuhan
pelanggan, kita bisa memberikan layanan perpustaaan sesuai yang diharapkan.
Adapun
ketidak puasan pelanggan, seringkali memicu keluhan dari mereka. Oleh karena
itu, petugas perpustakaan harus mampu menghadapi setiap keluhan pelanggan
tersebut dengan baik, tanpa menyakiti perasaan mereka. Akan tetapi, justru
mampu membengkitkan reaksi positif di dalam diri mereka untuk menyadari
kekeliruannya. Beberapa diantaranya adalah dengan mengutamakan pelayana dan
mendasarkan ketulusan, kejujuran, iktikad baik, dan rasa tanggung jawab yang
besar terhadap profesi pustakawa.
E. Karakteristik Pemustaka dan cara menghadapinya
Dalam memberikan layanan, pustakawan
harus mampu mengangkat dan melindungi harga diri pemustaka tanpa terhalang oleh
penampilannya. Pemustakawan perlu menciptakan hubungan baik dan selalu bersikap
proaktif, memberikan sambutan lebih dahulu, menawarkan bantuan apa myang dapat
dilakukan, dan mampu memberikan perasaan nyaman pemustaka sebelum memperoleh
apa yang mereka butuhkan.
Menurut Septiyantono (2003) ada
berbagai sifat dan karakter pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat
menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi
pemustaka :
a) Pendiam,
dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya
b) Tidak
sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin
c) Banyak
bicara, dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang
ditawarkan dengan penjelasannya
d) Banyak
permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya seta minta maaf dan
memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia
e) Peragu,
dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberi banyak pilihan namun
mengikuti seleranya
f) Senang
membantah, harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk
berdebat
g) Lugu,
dihadapi degan apa adanya menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan
permintaan
h) Siap
mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak
bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya
i) Yang
curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap
seolah-olah petugas lebih unggul
j) Sombong,
dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan tidak terlalu serius, serta
memberi kesan bahwa pemustaka tersebut perlu dihormati.[6]
KESIMPULAN
Psikologi
pelayanan atau pemakai merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam proses interaksi kerja di pusat-pusat jasa pelayanan, yaitu
antara pelanggan/pemakai dan petugas/pegawai/karyawan.
Seorang
pustakawan harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan pihak manajemen,
sesama petugas, dan terlebih mampu membangun komunikasi yang baik dengan
pelanggan. Karena pelayanan yang prima akan mendatangkan rasa puas baik bagi
pustaka sendiri maupun bagi para pelanggan (user).
Setidaknya ada
dua jenis pemakai perpustakaan sekolah, yaitu: pelanggan internal (internal customer) dan pelanggan
eksternal (external customer).
Keluhan
pelanggan perpustakaan diantaranya adalah: Mechanical complaint (keluhan
mekanika), Attitudinal complaint (keluha akibat sikap petugas pelayanan),
Service related complaint (keluhan yang berhubungan dengan pelayanan),
dan Unusual complaint (keluhan yang aneh).
Karakteristik
pemakai pustaka meliputi pendiam, tidak sabar, banyak bicara, banyak
permintaan, ragu, senang membantah, lugu, siap mental, curiga dan sombong.
Adapun solusi untuk mengatasinya adalah dengan cara mengenali karakteristik tersebut
dan berusaha untuk memahami keinginan yang diharapkan oleh para pemakai
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Qalyubi, Syihabuddin. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga.
[1]
Syihabuddin Qalyubi, Dasar-dasar Ilmu
Perpustakaan dan Informasi (Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga,
2007) hlm. 252.
[2]
Toha Nursalam, Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996) hlm.
2.
[3]
Syihabuddin Qalyubi, Dasar-dasar Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, hlm. 241.
[4]
Lihat Ibid, hlm. 243-244.
[5]
Lihat Andi Prastowo, Manajemen
Perpustakaan Sekolah Profesional ( Yogyakarta: Diva Press, 2012) hlm. 285.
[6]
Ida fajar
Priyanta dkk, Perpustakaan dan
Kebangkitan Bangsa ( Yogyakarta: LPII, 2008) Hlm .144-145.
3 comments:
'trimaksih kak infonya, ada DPnya juga itu sangat membantu :)
thanks ka' ini sangat membantu
If you're looking to lose kilograms then you absolutely have to get on this totally brand new personalized keto meal plan.
To create this keto diet, certified nutritionists, personal trainers, and cooks joined together to produce keto meal plans that are efficient, decent, cost-efficient, and fun.
Since their launch in January 2019, 1000's of clients have already remodeled their body and well-being with the benefits a proper keto meal plan can offer.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-proven ones given by the keto meal plan.
Post a Comment