Latar Belakang
Kurikulum
merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum
sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara
unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan
evaluasi kurikulum. Kurikulum dapat diibaratkan sebagai fondasi rumah yang
terdiri dari atap, kayu, atap dan segala isinya. Rumah tidak bisa berdiri kokoh
tanpa diperkuat oleh fondasi. Rumah dengan fondasi yang rapuh akan membuat
rumah terancam roboh, dan sebaliknya rumah dengan fondasi yang kuat akan
membuat rumah semakin kuat dan bisa dijadikan sebagai tempat peristirahatan
yang aman dan nyaman. Jelasnya kurikulum akan menjadi faktor pengokoh atau
penguat apabila menyerupaifondasi rumah.
Selanjutnya Caswell
mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam
melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan
menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Pendekatan dengan pola organisasi bahan dapat dilihat dari beberapa
pola pendekatan, yaitu Separated Subject Curriculum (kurikulum yang
berisi mata pelajaran-mata pelajaran
yang terpisah-pisah), Correlated Curriculum (kurikulum yang berisi mata
pelajaran-mata pelajaran yang dihubung-hubungkan), dan Broad Field Curriculum
(peleburan mata pelajaran sejenis ke dalam satu bidang studi).
1. Pendekatan dengan pola Separated Subject Curriculum
Bentuk separated subject terdiri
dari mata pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-pisah antara yang satu dengan
yang lain, misalnya: Sejarah, Ilmu bumi, Biologi, Berhitung dan sebagainya.
Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain. Bahan sering mengarah pada
pengakuannya masing-masing, bahwa mata pelajaran yang bersangkutan merupakan
mata pelajaran yang terpenting. Dalam praktek penyampaian pengajarannya,
tanggung jawab terletak pada masing-masing guru yang menangani suatu mata
pelajaran yang dipegangnya. Jika terjadi seorang guru memegang beberapa mata
pelajaran, maka hal inipun dilaksanakan secara terpisah-pisah pula, jadi tidak
menyangkut-pautkan dengan mata pelajaran yang lain.
Bentuk ini termasuk paling tua dalam
sejarah kurikulum. Sejak zaman dahulu orang Yunani maupun orang Romawi sudah
menggunakan bentuk kurikulum semacam ini. Orang Yunani mengajarkan di sekolah
mata pelajaran-mata pelajaran seperti kesusasteraan, matematika, dan filsafat.
Sedangkan orang Romawi mengajarkan grammatika, retorika dan logika yang
dinamakannya sebagai trivium, serta arithmatika, geometri, astronomi dan
musik yang dinamakannya dengan quadrivium.Ketujuh mata pelajaran dalam
trivium dan quadrivium itu kemudian dikenal dengan The seven Liberal Arts. (Nasution,
1978, halaman 101).[1]
Essensi dari organisasi kurikulum
semacam ini adalah bahwa ia mengikuti disiplin yang baik dan logis. Dengan
demikian baik isi maupun pengalaman belajar yang diperoleh bersifat
terpisah-pisah. Adapun isi dari setiap mata pelajaran ditentukan oleh ahli-ahli
mata pelajaran masing-masing. Guru dalam hal ini berfungsi untuk mencari cara
bagaiamana agar siswa dapat menguasai mata pelajaran dengan sebaik-baiknya.
Keunggulan dari bentuk organisasi
Separated Subject yang paling menonjol adalah keefektifan dalam mempelajarinya,
demikian juga metode untuk mengorganisasi pengetahuan. Dengan demikian siswa
dapat menghimpun sebanyak mungkin ilmu pengetahuan secara efektif dan ekonomis.
Manfaat lainnya adalah karena bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan, maka
pada umumnya banyak perguruan tinggi menetapkan syarat masuk berdasarkan
kemampuan dalam mata pelajaran. Dengan demikian separated subject ini lebih
mudah dilaksanakan.
Disamping mempunyai berbagai
keunggulan, terdapat pula berbagai kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol
adalah tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir aktif dan terpadu, karena
kurikulum terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah.
Pada dasarnya kurikulum yang
dikorelasikan maupun broad field mempunyai prinsip yang sama dengan separated
subject. Karena ketiganya masih mempunyai mata pelajaran-mata pelajaran
masing-masing. Sehingga organisasi bahan terpusat pada mata pelajaran.
Perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi bahan itu
dalam mata pelajaran. Pada separated subject bahan dikelompokkan
pada mata pelajaran yang sempit, sehingga banyaklah jenis mata pelajaran, dan
menjadi sempit ruang lingkup setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated
dan broad field mata pelajaran-mata pelajaran dihubungkan antara
yang satu dengan yang lainnya, sehingga ruang lingkupnya menjadi semakin luas.
Bahkan pada broad field oleh sebab mata pelajaran-mata pelajaran sejenis
dilebur menjadi satu bidang studi, akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran
dan lebih memperluas lagi ruang lingkup tiap mata pelajaran.
2. Pendekatan dengan pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola Correlated
Curriculum adalah pendekatan dengan pola menghubungkan beberapa mata pelajaran
(bahan) yang seiring atau berkaitan satu sama lain. Hubungan itu dapat
dilakukan baik secara sewaktu atau secara diupayakan. Pada cara yang
pertama, hubungan antara mata pelajaran terjadi secara kebetulan. Bila
suatu bahan pelajaran kebetulan mempunyai pertalian dengan pelajaran lain. Pendekatan
ini dilakukan atas dasar bahwa kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa
sehari-hari tidak ada yang terjadi secara tersendiri, tetapi paling tidak terjadi dari beberapa segi kehidupan
yang terjadi didalamnya. Maka tidak mungkin kita meninjau sesuatu hal hanya
dari satu segi saja, misalnya dalam pelajaran sejarah, kalau kebetulan bahan
yang diajarkan mempunyai hubungan dengan ilmu bumi, dilakukan korelasi,
demikian pula sebaliknya. Cara kedua, hubungan dilakukan dengan cara
membahas satu pokok permasalahan dengan dipelajari dalam berbagai mata
pelajaran.
Atas dasar kenyataan tersebut, para
ahli kurikulum[2]
berpendapat bahwa sebaliknya kurikulum sekolah tidak disusun sebagai mata
pelajaran yang terpisah, tetapi dengan bentuk pengelompokan bahan yang
dipandang mempunyai karakteristik yang dapat digabungkan yang menjadi bidang
studi. Sehingga terdapat beberapa bidang studi seperti IPA, IPS, dan
sebagainya.
Pendekatan ini
dapat ditinjau dari berbagai aspek atau segi:[3]
a.
Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang
studi ini terdiri atas ilmu (topik) dari ilmu bumi, kemudian dipelajari npula
ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
b.
Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah
yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai
ilmu yang berada dalam lingkup suatu
bidang studi yang dipandang ada hubungannya. Misalnya masalah
peperangan. Dari masalah peperangan ini kemudian dipelajari dari segi ekonomi,
dan dari segi yang lainnya.
c.
Pendekatan tempat atau daerah
Pendekatan ini berdasar atas
pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya
tentang daerah Yogyakarta, maka dapat
dibuat bahan pembicaraan dari segi wisatanya, antropologi, budaya, politik,
ekonomi dan sebagainya.
3. Pendekatan dengan Pola Broad Field Curriculum
Merupakan bentuk organisasi
kurikulum yang dibuat dengan melebur mata pelajaran-mata pelajaran sejenis
kedalam satu bidang studi. Batas-batas antara mata pelajaran yang dilebur itu
menjadi kabur. Bahkan jenis bidang studi peleburan mempunyai nama yang lain
dari nama mata pelajaran asalnya. Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan
hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan
kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Misalnya pohon.
Sebatang pohon ini tidak merupakan sejumlah bagian-bagian pohon yang terkumpul,
akan tetapi merupakan sesuatu yang memiliki arti tertentu yang utuh, yaitu
pohon.
Sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya,[4]
maka pemberian pendidikannya harus diusahakan untuk membentuk manusia yang utuh
jasmani dan rohaninya, yang berguna bagi dirinya sendiri maupun pembangunan
masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu,
didalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang
dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah namun
harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batas tertentu dari masing-masing
bahan pelajaran.
Menurut Blaney, pengembangan
kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena mencakup
pembicaraan penyusunan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan
penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen
kurikulum. Usaha melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan
keseluruhan proses pengintegrasian komponen kurikulum, diantaranya adalah
komponen tujuan. Dalam kaitannya dengan komponen tujuan ini, perlu di mengerti
pula tentang kedudukan otoritas yang mengambil keputusan kurikulum.[5]
Ada lima macam broad field
kurikulum, yaitu:
1.
Ilmu
Pengetahuan Sosial (Social Studies),
peleburan dari mata pelajaran Ilmu Bumi, Sejarah, Ekonomi dan sejenisnya.
2.
Bahasa
(Language Arts), peleburan dari
mata pelajaran membaca, tatabahasa, menulis, mengarang, menyimak, dan
pengetahuan bahasa.
3.
Ilmu
Pengetahuan Alam (Natural Sciences), peleburan
dari Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Kimia, dan Ilmu Kesehatan.
4.
Matematika, peleburan dari berhitung, aljabar, Ilmu Ukur Sudut, bidang, ruang, dan statistika.
5.
Kesenian, peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni pahat dan
seni drama.
Menurut Nasution, yang menjadi
keunggulan dari Broad Field ini diantaranya adalah:[6]
1)
Korelasi
memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka mendapat informasi
mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah dalam berbagai mata
pelajaran dalam waktu yang berbeda-beda, akan tetapi dalam satu mata pelajaran
dimana pokok itu disoroti dari berbagai disiplin mata pelajaran tertentu.
Dengan demikian pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan berpautan dan
berpadu.
2)
Minat
murid bertambah apabila ia melihat hubungan antar mata pelajaran.
3)
Pengetahuan
murid tentang sesuatu hal lebih mendalam, bila didapat penjelasan dari berbagai
mata pelajaran.
4)
Korelasi
memberikan pengertian lebih luas karena diperoleh pandangan dari berbagai sudut
dan tidak hanya dari satu mata pelajaran saja.
5)
Korelasi
memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional. Mereka
mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran guna
memecahkan suatu masalah.
6)
Korelasi
antar mata pelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada
pengetahuan dan fakta-fakta.
Sedangkan kelemahan dari
pendekatan ini adalah tidak menggunakan pengetahuan yang sistematis dan
mendalam mengenai berbagai mata pelajaran, akibat luasnyaruang lingkup dari
bidang studi itu. Juga dalam pelaksanaannya banyak guru yang masih mempunyai orientasi
pada mata pelajaran atau disiplin ilmu. Mengingat latar belakang pendidikan
mereka pada umumnya masih terkotak-kotak pada disiplin, sehingga merasa
kesulitan menggunakan pendekatan ini. Kelemahan lain adalah, oleh sebab masih
ada mata pelajaran meskipun diberikan dalam bentuk korelasi atau fusi, hal ini
cenderung menyebabkan kurangnya minat. Karena mata pelajaran-mata pelajaran itu
tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah kehidupan yang dihadapi
sehari-hari.
Kesimpulan
Kurikulum yang berpusat pada mata
pelajaran (subject centered) dapat dilihat dari beberapa pola pendekatan,
yaitu:
1.
Kurikulum
yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-pisah (Separated
Subject Curriculum).
2.
Kurikulum
yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang dihubung-hubungkan (Correlated
Curriculum).
3.
Kurikulum
yang terdiri dari peleburan atau fusi mata pelajaran-mata pelajaran sejenis
(broad Field).
Masing-masing ketiga pendekatan
diatas mempunyai kelebihan dan keunggulan masing-masing.
Dan Pada dasarnya kurikulum yang
dikorelasikan maupun broad field mempunyai prinsip yang sama dengan separated
subject. Karena ketiganya masih mempunyai mata pelajaran-mata pelajaran
masing-masing. Sehingga organisasi bahan terpusat pada mata pelajaran. Perbedaannya
terletak pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi bahan itu dalam mata
pelajaran. Pada separated subject bahan dikelompokkan pada mata
pelajaran yang sempit, sehingga banyaklah jenis mata pelajaran, dan menjadi
sempit ruang lingkup setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated dan
broad field mata pelajaran-mata pelajaran dihubungkan antara yang
satu dengan yang lainnya, sehingga ruang lingkupnya menjadi semakin luas.
Bahkan pada broad field oleh sebab mata pelajaran-mata pelajaran sejenis dilebur
menjadi satu bidang studi, akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran dan
lebih memperluas lagi ruang lingkup tiap mata pelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Subandijah. Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1996.
Ali, Mohamad. Pengembangan
Kurikulum di Sekolah. Bandung: CV. Sinar Baru. 1985.
Yamin, Moh. Manajemen Mutu
Kurikulum Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press. 2009.
http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/,
diakses pada hari Minggu, 30 September 2012, pukul 14:20 WIB.
[1]
Dikutip dari bukunya Mohamad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah,
Bandung: Sinar Baru, 1985, hlm 110.
[2]
Dra. Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1996, hlm 58.
[3]
Ibid.
[4]
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.
[5] http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/,
diakses pada hari Minggu, 30 September 2012, pukul 14:20 WIB.
[6]
Mohamad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, hlm 113.
0 comments:
Post a Comment