Saturday, October 27, 2012

Pendekatan Bahan Pelajaran (subject centered)


Latar Belakang


            Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Kurikulum dapat diibaratkan sebagai fondasi rumah yang terdiri dari atap, kayu, atap dan segala isinya. Rumah tidak bisa berdiri kokoh tanpa diperkuat oleh fondasi. Rumah dengan fondasi yang rapuh akan membuat rumah terancam roboh, dan sebaliknya rumah dengan fondasi yang kuat akan membuat rumah semakin kuat dan bisa dijadikan sebagai tempat peristirahatan yang aman dan nyaman. Jelasnya kurikulum akan menjadi faktor pengokoh atau penguat apabila menyerupaifondasi rumah.
            Selanjutnya Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

             Pendekatan dengan pola organisasi bahan dapat dilihat dari beberapa pola pendekatan, yaitu Separated Subject Curriculum (kurikulum yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran  yang terpisah-pisah), Correlated Curriculum (kurikulum yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang dihubung-hubungkan), dan Broad Field Curriculum (peleburan mata pelajaran sejenis ke dalam satu bidang studi).

1.     Pendekatan dengan pola Separated Subject Curriculum


            Bentuk separated subject terdiri dari mata pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain, misalnya: Sejarah, Ilmu bumi, Biologi, Berhitung dan sebagainya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain. Bahan sering mengarah pada pengakuannya masing-masing, bahwa mata pelajaran yang bersangkutan merupakan mata pelajaran yang terpenting. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya. Jika terjadi seorang guru memegang beberapa mata pelajaran, maka hal inipun dilaksanakan secara terpisah-pisah pula, jadi tidak menyangkut-pautkan dengan mata pelajaran yang lain.
            Bentuk ini termasuk paling tua dalam sejarah kurikulum. Sejak zaman dahulu orang Yunani maupun orang Romawi sudah menggunakan bentuk kurikulum semacam ini. Orang Yunani mengajarkan di sekolah mata pelajaran-mata pelajaran seperti kesusasteraan, matematika, dan filsafat. Sedangkan orang Romawi mengajarkan grammatika, retorika dan logika yang dinamakannya sebagai trivium, serta arithmatika, geometri, astronomi dan musik yang dinamakannya dengan quadrivium.Ketujuh mata pelajaran dalam trivium dan quadrivium itu kemudian dikenal dengan The seven Liberal Arts. (Nasution, 1978, halaman 101).[1]
            Essensi dari organisasi kurikulum semacam ini adalah bahwa ia mengikuti disiplin yang baik dan logis. Dengan demikian baik isi maupun pengalaman belajar yang diperoleh bersifat terpisah-pisah. Adapun isi dari setiap mata pelajaran ditentukan oleh ahli-ahli mata pelajaran masing-masing. Guru dalam hal ini berfungsi untuk mencari cara bagaiamana agar siswa dapat menguasai mata pelajaran dengan sebaik-baiknya.
            Keunggulan dari bentuk organisasi Separated Subject yang paling menonjol adalah keefektifan dalam mempelajarinya, demikian juga metode untuk mengorganisasi pengetahuan. Dengan demikian siswa dapat menghimpun sebanyak mungkin ilmu pengetahuan secara efektif dan ekonomis. Manfaat lainnya adalah karena bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan, maka pada umumnya banyak perguruan tinggi menetapkan syarat masuk berdasarkan kemampuan dalam mata pelajaran. Dengan demikian separated subject ini lebih mudah dilaksanakan.
            Disamping mempunyai berbagai keunggulan, terdapat pula berbagai kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol adalah tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir aktif dan terpadu, karena kurikulum terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah.
            Pada dasarnya kurikulum yang dikorelasikan maupun broad field mempunyai prinsip yang sama dengan separated subject. Karena ketiganya masih mempunyai mata pelajaran-mata pelajaran masing-masing. Sehingga organisasi bahan terpusat pada mata pelajaran. Perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi bahan itu dalam mata pelajaran. Pada separated subject bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, sehingga banyaklah jenis mata pelajaran, dan menjadi sempit ruang lingkup setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated dan broad field mata pelajaran-mata pelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga ruang lingkupnya menjadi semakin luas. Bahkan pada broad field oleh sebab mata pelajaran-mata pelajaran sejenis dilebur menjadi satu bidang studi, akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran dan lebih memperluas lagi ruang lingkup tiap mata pelajaran.

2.     Pendekatan dengan pola Correlated Curriculum


            Pendekatan dengan pola Correlated Curriculum adalah pendekatan dengan pola menghubungkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring atau berkaitan satu sama lain. Hubungan itu dapat dilakukan baik secara sewaktu atau secara diupayakan. Pada cara yang pertama, hubungan antara mata pelajaran terjadi secara kebetulan. Bila suatu bahan pelajaran kebetulan mempunyai pertalian dengan pelajaran lain. Pendekatan ini dilakukan atas dasar bahwa kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa sehari-hari tidak ada yang terjadi secara tersendiri, tetapi paling  tidak terjadi dari beberapa segi kehidupan yang terjadi didalamnya. Maka tidak mungkin kita meninjau sesuatu hal hanya dari satu segi saja, misalnya dalam pelajaran sejarah, kalau kebetulan bahan yang diajarkan mempunyai hubungan dengan ilmu bumi, dilakukan korelasi, demikian pula sebaliknya. Cara kedua, hubungan dilakukan dengan cara membahas satu pokok permasalahan dengan dipelajari dalam berbagai mata pelajaran.
            Atas dasar kenyataan tersebut, para ahli kurikulum[2] berpendapat bahwa sebaliknya kurikulum sekolah tidak disusun sebagai mata pelajaran yang terpisah, tetapi dengan bentuk pengelompokan bahan yang dipandang mempunyai karakteristik yang dapat digabungkan yang menjadi bidang studi. Sehingga terdapat beberapa bidang studi seperti IPA, IPS, dan sebagainya.
Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek atau segi:[3]
a.      Pendekatan Struktural
           Sebagai contoh adalah IPS. Bidang studi ini terdiri atas ilmu (topik) dari ilmu bumi, kemudian dipelajari npula ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
b.      Pendekatan Fungsional
            Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu  bidang studi yang dipandang ada hubungannya. Misalnya masalah peperangan. Dari masalah peperangan ini kemudian dipelajari dari segi ekonomi, dan dari segi yang lainnya.
c.       Pendekatan tempat atau daerah
            Pendekatan ini berdasar atas pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya tentang  daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan pembicaraan dari segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.

3.     Pendekatan dengan Pola Broad Field Curriculum


            Merupakan bentuk organisasi kurikulum yang dibuat dengan melebur mata pelajaran-mata pelajaran sejenis kedalam satu bidang studi. Batas-batas antara mata pelajaran yang dilebur itu menjadi kabur. Bahkan jenis bidang studi peleburan mempunyai nama yang lain dari nama mata pelajaran asalnya. Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Misalnya pohon. Sebatang pohon ini tidak merupakan sejumlah bagian-bagian pohon yang terkumpul, akan tetapi merupakan sesuatu yang memiliki arti tertentu yang utuh, yaitu pohon.
            Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya,[4] maka pemberian pendidikannya harus diusahakan untuk membentuk manusia yang utuh jasmani dan rohaninya, yang berguna bagi dirinya sendiri maupun pembangunan masyarakat dan  bangsa. Oleh karena itu, didalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batas tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.
            Menurut Blaney, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena mencakup pembicaraan penyusunan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. Usaha melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan proses pengintegrasian komponen kurikulum, diantaranya adalah komponen tujuan. Dalam kaitannya dengan komponen tujuan ini, perlu di mengerti pula tentang kedudukan otoritas yang mengambil keputusan kurikulum.[5]
            Ada lima macam broad field kurikulum, yaitu:
1.      Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies), peleburan dari mata pelajaran Ilmu Bumi, Sejarah, Ekonomi dan sejenisnya.
2.      Bahasa (Language Arts), peleburan dari mata pelajaran membaca, tatabahasa, menulis, mengarang, menyimak, dan pengetahuan bahasa.
3.      Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Sciences), peleburan dari Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Kimia, dan Ilmu Kesehatan.
4.      Matematika, peleburan dari berhitung, aljabar, Ilmu Ukur Sudut, bidang,  ruang, dan statistika.
5.      Kesenian, peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni pahat dan seni drama.
            Menurut Nasution, yang menjadi keunggulan dari Broad Field ini diantaranya adalah:[6]
1)      Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka mendapat informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah dalam berbagai mata pelajaran dalam waktu yang berbeda-beda, akan tetapi dalam satu mata pelajaran dimana pokok itu disoroti dari berbagai disiplin mata pelajaran tertentu. Dengan demikian pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan berpautan dan berpadu.
2)      Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antar mata pelajaran.
3)      Pengetahuan murid tentang sesuatu hal lebih mendalam, bila didapat penjelasan dari berbagai mata pelajaran.
4)      Korelasi memberikan pengertian lebih luas karena diperoleh pandangan dari berbagai sudut dan tidak hanya dari satu mata pelajaran saja.
5)      Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional. Mereka mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran guna memecahkan suatu masalah.
6)      Korelasi antar mata pelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan fakta-fakta.
            Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak menggunakan pengetahuan yang sistematis dan mendalam mengenai berbagai mata pelajaran, akibat luasnyaruang lingkup dari bidang studi itu. Juga dalam pelaksanaannya banyak guru yang masih mempunyai orientasi pada mata pelajaran atau disiplin ilmu. Mengingat latar belakang pendidikan mereka pada umumnya masih terkotak-kotak pada disiplin, sehingga merasa kesulitan menggunakan pendekatan ini. Kelemahan lain adalah, oleh sebab masih ada mata pelajaran meskipun diberikan dalam bentuk korelasi atau fusi, hal ini cenderung menyebabkan kurangnya minat. Karena mata pelajaran-mata pelajaran itu tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah kehidupan yang dihadapi sehari-hari.

Kesimpulan


            Kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran (subject centered) dapat dilihat dari beberapa pola pendekatan, yaitu:
1.      Kurikulum yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-pisah (Separated Subject Curriculum).
2.      Kurikulum yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang dihubung-hubungkan (Correlated Curriculum).
3.      Kurikulum yang terdiri dari peleburan atau fusi mata pelajaran-mata pelajaran sejenis (broad Field).
            Masing-masing ketiga pendekatan diatas mempunyai kelebihan dan keunggulan masing-masing.
            Dan Pada dasarnya kurikulum yang dikorelasikan maupun broad field mempunyai prinsip yang sama dengan separated subject. Karena ketiganya masih mempunyai mata pelajaran-mata pelajaran masing-masing. Sehingga organisasi bahan terpusat pada mata pelajaran. Perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi bahan itu dalam mata pelajaran. Pada separated subject bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, sehingga banyaklah jenis mata pelajaran, dan menjadi sempit ruang lingkup setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated dan broad field mata pelajaran-mata pelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga ruang lingkupnya menjadi semakin luas. Bahkan pada broad field oleh sebab mata pelajaran-mata pelajaran sejenis dilebur menjadi satu bidang studi, akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran dan lebih memperluas lagi ruang lingkup tiap mata pelajaran.



DAFTAR PUSTAKA


Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1996.
Ali, Mohamad. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: CV. Sinar Baru. 1985.
Yamin, Moh. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press. 2009.
http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/, diakses pada hari Minggu, 30 September 2012, pukul 14:20 WIB.





[1] Dikutip dari bukunya Mohamad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru, 1985, hlm 110.
[2] Dra. Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996, hlm 58.
[3] Ibid.
[4] Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.
[5] http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/, diakses pada hari Minggu, 30 September 2012, pukul 14:20 WIB.
[6] Mohamad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, hlm 113.

0 comments:

Post a Comment