Saturday, October 27, 2012

Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir

.. 10

Akhir masa kanak-kanak (last childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saat individu menjadi matang secara seksual. Permulaan masa akhir kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu.Masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi kehidupan setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku.
Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi perubahan fisik yang menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku dengan menjelang berakhirnya periode ini dan anak mempersiapkan diri, secara fisik, psikologis untuk memasuki masa remaja.
Datangnya akhir masa kanak-kanak dapat secara tepat diketahui, tetapi orang tidak mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan seksual, yaitu kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dengan masa remaja timbulnya tidak selalu pada usia yang sama.

A.     Pengertian


            Masa akhir kanak-kanak sering disebut sebagai masa tamyiz masa sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
            Masa kanak-kanak akhir meliputi dua fase yaitu, 1). Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar. 2). Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar.
Masa akhir kanak-kanak menurut psikologi islam adalah tahap tamyiz, fase ini anak mulai mampu membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah.[1]

B.     Perkembangan Bicara/Bahasa


Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan bahasa (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama.[2] Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, dan seni.
Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting.
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak untuk meningkatkan pengertiannya.
Cara anak-anak memikirkan kata-kata berubah selama masa kanak-kanak menengah dan akhir.Mereka menjadi kurang terikat pada tindakan dan persepsi yang diasosiasikan dengan kata-kata, dan mereka menjadi lebih analitis dalam pendekatan mereka terhadap kata-kata.[3]
Pendekatan analitis ini muncul jika anak-anak diminta untukmengatakan sesuatu yang pertama kali muncul dalam benak mereka ketika mereka mendengar suatu kata.Anak-anak prasekolah pada umumnya merespon dengan suatu kata yang seringkali mengikuti kata yang dijadikan sebagai stimulant.Contohnya, ketika diminta merespon kata “dog”, anak-anak yang masih belia mungkin mengatakan “barks” (menggonggong), kata “eat” dengan lunch. Akan tetapi pada usia tujuh tahun, anak-anak mulai merespon dengan nkata yang terletak dalam satu konteks makna dengan kata stimulant. Contohnya, seorang anak mungkin merespon kata “dog” dengan “cat” atau “horse”. Pada kata “eat”, anak usia tujuh tahun mungkin merespon “drink”.Hal ini membuktikan bahwa anak mulai mengkategorikan kosakata mereka dengan bagian dari pembicaraan.

C.     Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (socialized) memerlukan tiga proses, yaitu:
1.      Belajar beprilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi  mereka juga menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima.
2.      Memainkan peran sosial yang dapat diterima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta bagi guru dan murid.
3.      Perkembangan sikap sosial
Untuk bermasyarakat/bergaul dengan baik, anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok social tempat mereka menggabungkan diri.
Maksud perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak usia sekolah ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.
            Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikap yang kooperatif. Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok.
Setelah anak memasuki sekolah dan melakukan hubungan yang lebih banyak dengan ketika masa prasekolah, minat pada kegiatan keluarga berkurang. Pada saat yang sama permainan yang bersifat individual menggantikan permainan kelompok. Karena permainan kelompok membutuhkan sejumlah teman bermain, lingkungan pergaulan sosial anak yang lebih tua secara bertahap bertambah luas.Dengan berubahnya minat bermain, keinginan untuk bergaul dengan dan untuk diterima oleh anak-anak di nluar rumah bertambah.
            Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki “usia gang” yaitu usia pada saat kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini.Anak menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang secara bertahap menggantikan keluarga dalam mempengaruhi perilaku. Kelompok teman sebaya didefenisikan oleh Havighurst sebagai suatu kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang berpikir dan bertindak bersama-sama.[4]
            Gang masa kanak-kanak merupakan suatu kelompok setempat yang kekuasaannya tidak diberi dari luar dan tidak mempunyai tujuan yang diterima secara sosial.Gang dibentuk oleh anak-anak sendiri, tanpa dukungan dari orang tua, guru, atau pemimpin anak-anak muda.Gang merupakan usaha anak nuntuk menciptakan suatu masyarakat yang sesuai bagi pemenuhan kebutuhan mereka.Gang tidak selalu merupakan produk lingkungan yang tidak memenuhi syarat, melainkan juga terdapat dilingkungan yang baik.

D.    Perkembangan Kepribadian


Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang  membedakan  dirinya dari orang lain. Dengan meluasnya cakrawala sosial pada saat anak-anak masuk sekolah, faktor-faktor baru mulai mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Perubahan tidak hanya terjadi pada konsep diri, tetapi juga pada sifat-sifat orang lain yang dinilai dan dikagumi juga sifat-sifat pada diri anak sendiri.
Secara umum masa kanak-kanak akhir yang disudahi dalam usia (lebih kurang 12/13 tahun) dan diawali dalam usia 6 tahun meliputi tiga masa:
1.      Sebagai masa masuk sekolah dasar (the elementary school age)nama pendirian pendidik. Anak mendapat nama demikian karena umumnya mereka sedang belajar di sekolah dasar dan mempelajari berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang diperlukan lebih lanjut.
2.      Sebagai masa sok pintar (the smart age) penamaan oleh orang-orang tua. Anak dalam usia ini sering menonjolkan apa-apa yang baru diketahuinya dari sekolah dan dia bangga akan pengetahuannya.
3.      Sebagai masa perluasan hubungan sosial. Anak mulai meningkatkan kesukaan menjalin persahabatan dengan anak-anak lain di lingkungannya yang lebih luas dibandingkan dengan masa kanak-kanak lain.
Pada masa kanak-kanak akhir (6 -12 thn) adalah masa sekolah pendidikan dasar diselenggarakan untuk  :[5]
1)      Mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
2)      Untuk proses pembelajaran pada Sekolah Dasar, sebagai upaya pembentukan pola perilaku anak didik, maka diberikan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKN ) yang memiliki tujuan umum sebagai berikut :
3)      Menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila baik sebagi pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP.
4)      Disamping memberikan landasan bagi kelanjutan pendidikan pada jenjang berikutnya, pembelajaran pada Sekolah Dasar (SD) merupakan masa pembentukan kepribadian yang cukup penting bagi pengembangan kepribadian anak selanjutnya.      

     

E.     Tugas-tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir


            Menurut Syamsu Yusuf, tugas perkembangan anak pada masa ini meliputi:[6]
a)      Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
b)      Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis
c)      Belajar bergaul dengan teman sebaya
d)     Belajar memainkan peranan sesuai jenis kelaminnya
e)      Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
f)       Belajar mengembangkan konsep sehari-hari
g)      Mengembangkan kata hati
h)      Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
i)        Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga

F.      Implikasi dalam Pendidikan


Untuk mengembangkan intelektual anak, seorang guru atau pendidik sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran atau kegiatan lainnya yang dapat mendorong anak untuk lebih bersifat aktif dan kritis.
Terkait dengan perkembangan sosial, kematangan perkembangan sosial dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik, maupun tugas yang membutuhkan fikiran.Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk prestasinya, tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif. Diantar upaya yang dapat dilakukan adalah:
1.      Menciptakan suasana yang bebas dari ketegangan
2.      Menghargai hasil karya peserta didik
3.      Menghargai pendapat peserta didik
4.      Membuat game-game yang bersifat edukatif
Masa kanak-kanak akhir berada pada tahapan operasional (konkret) yang berlangsung pada usia 7-11 tahun. Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami.

KESIMPULAN


Masa kanak-kanak akhir meliputi dua fase yaitu, 1). Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar. 2). Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar.
Kematangan perkembangan sosial dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik, maupun tugas yang membutuhkan fikiran.
Cara anak-anak memikirkan kata-kata berubah selama masa kanak-kanak menengah dan akhir.Mereka menjadi kurang terikat pada tindakan dan persepsi yang diasosiasikan dengan kata-kata, dan mereka menjadi lebih analitis dalam pendekatan mereka terhadap kata-kata.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif. Diantar upaya yang dapat dilakukan adalah:
1.         Menciptakan suasana yang bebas dari ketegangan
2.         Menghargai hasil karya peserta didik
3.         Menghargai pendapat peserta didik
4.         Membuat game-game yang bersifat edukatif







DAFTAR PUSTAKA



Hidayati, Wiji. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN SuKa. 2008.

W. Santrock, John. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. 2007.

Hurlock Elizabeth B. Perkembangan anak.Jakarta: Erlangga. 1978.

http://dewasastra.wordpress.com/2012/02/21/pendidikan-kepribadian-anak/, diakses pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 pukul 17:10 WIB.




[1]Dra. Wiji Hidayati, M.Ag, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Bidang Akademik UIN SuKa, 2008, hlm 130.
[2] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan anak, Jakarta: Erlangga, 1978, Hlm 176.
[3] John W. Santrock, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 2007, Hlm 362.
[4] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Hlm 264.
[5]http://dewasastra.wordpress.com/2012/02/21/pendidikan-kepribadian-anak/
[6]Ibid, hlm 135.

0 comments:

Post a Comment